Memperkenalkan Tuhan Pada Anak Usia Dini
Memperkenalkan Tuhan Pada Anak Usia Dini |
1. Tahap Awal Anak Mengenal Nama Tuhan
Anak-anak mulai mengenal Tuhan, melalui bahasa. Dari kata-kara yang ada dalam lingkungannya, yang pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menujukan rasa kagum dan takut kepada Tuhan, maka mulailal ia merasa sedikit gelisah dan ragu tentang sesuatu yang gaib yang tidak dapat dilihatnya itu, mungkin ia akan ikut membaca dan mengulang kata-kata yang yang diucapkan oleh orang tuanya. Lanbat laun tanpa disadarinya, akan masuk pemikiran tentang Tuhan dalam pembinaan kepribadiannya dan menjadi obyek pengalaman agamis.
Tuhan bagi anak-anak pada permulaannya, merupaka nama dari sesuatu yang asing, yang tidak dikenalnya. Tidak ada perhatian terhadap Tuhan pada permulaan, adalah karena ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya ke sana, baik pengalaman yang menyenangkan, ataupun yang menyusahkan. Akan tetapi, setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang di sekelilingnya, yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu, maka timbulah pengalaman tertentu, yang makin lama makin meluas dan mulailah perhatiannya terhadap kata Tuhan itu tumbuh.
2. Tahap Penolakan dan Pengakuan Anak Terhadap Tuhan
Perhatian anak-anak tentang Tuhan pada permulaan merupakan sumber kegelisaha atau ketidak senangannya. Itulah sebabnya barangkali, anak-anak sering mananyakan tentang zat, tempat dan perbuatan Tuhan dan pertanyaan lain yang bertujuan untuk mengurangkan kegelisahan. . Lalu akan timbullah
sesudah itu keinginan untuk menentangnya atau mengingkari hal itu.
Ttidak mengakui adanya Tuhan, jika dibandingka dengan acuh tak acuh adalah lebih dekat kepada pengakuan akan adanya. Karena apabila seseorang tidak perduli akan sesuatu, berarti sesuatu itu jauh dari ingatan dan perhatiannya, akan tetapi, kalau dengan susah payah ia mengingkari sesuatu itu, maka ini berarti ia menaruh perhatian terhadap hal yang diingkarinya itu. Dalam hal ini Freud berkata;
"Mengingkari kenyataan yang mengingkari hati, adalah satu fase pertengahan antara menekan dan menerimanya".
Atau dengan kata lain; sesungguhnya tantangan yang dilancarkan terhadap sesuatu yang tidak disukai, adalah langkah untuk menuju kepada menerimanya. Maka menolak itu adalah satu tingkat dari kemenangan terhadap suatu kekuatan yang ditekan yang tidak menenangkan, dengan demikian penderitaan tidak lagi kabur, bahkan menjadi pengenalan dalam bentuk negatif, sesudah itu tinggal satu usaha lagi untuk menghilangkan halangan terakhir untuk menerima pemikiran yang tidak disenanginya.
3. Cara Memperkenalkan Tuhan Kepada Anak
Pada dasarnya kekaguman dan penghargaan si anak terhadap bapaknya sangat penting untuk pembinaan jiwa, moral dan pikiran, sampai umur kurang lebih 5 tahun, dan inilah bibit yang akan membangunkan kepercayaan kepada Allah dalam masyarakat beragama.
Pemikiran si anak tentang Allah tidaklah sekedar arti yang disimpulkannya secara sadar dari kata Allah, akan tetapi hal tersebut mempunyai dasar yang jauh ke alam sadar, atau dengan kata lain ia mempunyai permulaan-permulaan kejiwaan yang mendahuluinya, yang dalam hal ini, perlu kita pahami tentang perkembangan pemikirannya.
Mulai usia 3 dan 4 tahun anak anak sering mengemukakan pertanyaan yang ada hubungannya dengan agama, misalnya;
Siapa Tuhan ?
Dimana Tuhan ?
Bagai mana cara pergi kesana?
Cara pandang anak tentang alam ini diumpamakan seperti.memandang dirinya, belum ada pengertian yang metafisika. Hal-hal seperti kelahiran, kemiskinan, pertumbuhan dan unsur-unsur lain diterangkan secara agamis.
Anak-anak akan menerima segala jawaban apapun yang diberikan atas pertanyaan-pertanyaannya dan buat sementara telah dapat memuaskanya, tetapi kadang-kadang jawaban-jawaban yang kurang serasi dapat membawa kepada keragu-raguan dengan pandangan skeptis di masa remaja nanti. Demikian pula cerita-cerita tentang surga, neraka, malaikat, jin dan benda-benda keraman dapat dipercayainya.
Apa yang dipercaya anak, tergantung kepada apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tua dirumah atau guru di sekolah, karena ia masih belim mampu berpikir secara logis.
Cerita-Cerita dalam kitab suci dapat menarik perhatian anak-anak, seperti metika tertarik akan cerita-cerita hantu dan sebagainya. Perhatian anak lebih tertuju kepada orang-orang, pemuka-pemuka agama dari pada isi ajarannya, dan cerita itu akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak dari toko-tokoh agamanya itu.
Sumber Rujukan;
Prof. DR. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta PT Bulan Bintang,1991
0 Response to "Memperkenalkan Tuhan Pada Anak Usia Dini"
Post a Comment