KEUTAMAAN TAWADHU


Tawadha

HADIS TENTANG KEUTAMAAN TAWADHA

قال عليه الصلاة والسلم من تواضع لله رفعه[1]
حدثنا سليمان بن أحمد، حدثنا محمد بن الحسن بن كيسان، حدثنا سعيد بن سلام العطار، حدثنا سفيان، عن الأعمش، عن إبراهيم، عن عابس بن ربيعة، قال: سمعت عمر بن الخطاب يقول: يا أيها الناس تواضعوا فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: " من تواضع لله رفعه الله، وقال: انتعش رفعك الله، فهو في نفسه صغير، وفى أعين الناس عظيم، ومن تكبر خفضه الله، وقال: اخسأ خفضك الله، فهو في نفسه كبير، وفي أعين الناس صغير حتى يكون أهون من كلب[2]
اخبرنا محمد بن عمر بن غالب في كتابه إلى وفد لقيته حدثنا علي ابن عيسى، حدثنا أحمد بن أبي الحواري، حدثنا أبو سليمان، حدثنا علي بن الحسن ابن أبي الربيع الزاهد، حدثنا إبراهيم بن أدهم، قال: سمعت محمد بن عجلان يذكر، عن أبيه، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من تواضع لله رفعه الله[3]

Barang siapa yang rendah diri karna Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya, dan ia berkata; berbahagialah, kelak Allah akan meninggikan derajatnya, dikarnakan ia merasa dirinya lemah, namun dalam pandangan orang ia dinilai mulnya. Dan barang siapa yang sombung maka Allah akan merendahkan derajatnya, kemudian Nabi berkata; hindarilah sipat tersebut, karma Allah kelak akan merendahkan derajatnya, dikarma ia merasa dirinya mulya, namun dalam pandangan manusia ia sangat rendah, kedudukan mereka sangatlah hina lebih hina dari pada anjing.

a.      Pembahasan

غريب من حديث الثوري تفرد به سعيد بن سلام[4]

Untuk hadits yang pertama yang bersumber dari Umar bin Khatab, haditsnya gharib[5], kegharibanya terletak pada Said bin Salam; adalah satu-satunya orang yang menerima hadits dari Shafian as-Sauri

 

غريب من حديث إبراهيم لا أعرف له طريقا غيره، وأبو سليمان هو الدارأني[6]

Sedangkan hadits yang kedua yang bersumber dari Abu Hurairah r.a juga dinilai gharib, tidak ada jalur lain dari hadits ini selain dari jalur Ibraham bin Adham, dan adapun Abu Sulaiman adalah ad-Dara'ni[7]

Sedangkan untuk kualitas haditsnya, Albani meniali maudhu[8] dalam kitabnya Silsilatu ad-Daifah wa al-Maudhu, untuk hadits yang bersumber dari  Said bin Salam, yang telah menceritakan Sufian as-Sauri dari A'mas dari Ibrahim dari Abas bin Rabi'ah ia mendengar dari Umar bin Khatab berkata[9];

يا أيها الناس تواضعوا فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: " من تواضع لله رفعه الله، وقال: انتعش رفعك الله، فهو في نفسه صغير، وفى أعين الناس عظيم، ومن تكبر خفضه الله، وقال: اخسأ خفضك الله، فهو في نفسه كبير، وفي أعين الناس صغير حتى يكون أهون من كلب[10]

Sedangkan untuk hadits yang kedua yaitu hadits yang bersumber dari Ali bin Hasan Albani juga mengomentari dalam kitabnya  Silsilatu as-Shahih;

أخرجه أبو نعيم في " الحلية " ( 8 / 46 ) عن علي بن الحسن بن أبي الربيع الزاهد حدثناإبراهيم بن أدهم قال : سمعت محمد بن عجلان يذكر عن أبيه عن أبي هريرة مرفوعا ، و قال : " غريب من حديث إبراهيم ، لا أعرف له طريقا غيره " .

Meski hadits ini gharib namun hadits ini marfu. keghariban hadits ini terletak pada Ibrahim yang tidak ada jalur lain selain darinya. Ia berkata;

قلت : و هو صدوق مع زهده ، فالحديث حسن لأن من فوقه ثقات معروفون لولا أن الراوي عن إبراهيم لم أعرفه ، لكن صنيع أبي نعيم يشعر بأنه لم يتفرد به . و من الغريب قوله : " لا أعرف له طريقا غيره " . مع أن مسلما أخرجه في " صحيحه " ( 8 / 21 ) من طريق العلاء عن أبيه عن أبي هريرة مرفوعا به في حديث

Sanad pada hadits ini Suduq serta tidak teliti, maka untuk itu hadits ini dinilai hasan karna orang yang berada diatasnya adalah orang-orang yang siqhat dan diketahui identitasnya, meskipun rawi dari jalur Ibrahim tidak begitu diketahui, akan tetapi Abu Na'im membuat masyur hadits ini, dengan tidak menyendirinya jalur sanad hadits ini. Dan termasuk pula yang dinilai hadits gharib yaitu hadits yang dikeluarkan Muslim dalam shahihnya yaitu dari jalur al-A'la dari Ayah-nya dari Abu Hurairah dengan sanad marfu dalam haditsnya.[11]

 b.      Kesimpulan

Sebagai mana telah diuraikan diatas bahwa hadits ini dinilai hasan, meskipun Albani menilai maudhu untuk hadits yang bersumber dari Said bin Salam. Namun, Albani juga mengomentari hadits yang bersumber dari Ibrahim bin Adhaam dalam kitabnya Silsilatu as-Shahih dengan menilai hasan.

 



[1]. حبيب 2 : 68 – تر غيب 3 : 560 , 4 : 197 – مجمع 7: 82 – كنز 5730 , 5735 , 5737 –  إتحاف 1: 295 , 7: 125 , 8 : 351 ,354  Lihat misalnya; Zaghlul Mawsu'at al-Atraf. Dalam beberapa kitab hadits dan takhrij hadits ini telah banyak di komentari diantaranya dalam; Silsilatu as-Shahih jud. V hal. 432 menilai hasan dengan alasan banyaknya syahid dalam hadits tersebut,  Silsilatu as-Dhaifah jud. III hal. 459 menilai maudhu, Dhaif Targib wa at-Tarhib jud. 2 hal. 134 menilai hadits ini maudhu,  Shahih wa ad-Dhaif Jamiu Shagir jud 23 hal. 11107 menilai shahih.  Lihat dalam kitab shahih al-Jami hal. 6162. CD Maktabah al-Samilah. Namun penilaian ini masih bersipat umum.
[2]. Lihat; Hilatul al-Aulia jud. III hal. 210
[3]. Ibd. 367
[4]. Ibd.
[5]. Dikatakan gharib apabila terdapat sanad yang menyendiri dari beberapa jalur sanad dalam hadits. Lihat misalnya; Ibnu Shalah Mukhadimah Ibnu Shalah  (60/1) http://www.alwarraq.com. Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkanya dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi. Penyendirian tersebut biasa terjadi dalam sanad maupun matan. Lihat; Fatchur Rahman Musthalah al-Hadits ( Al-Ma'arif Bandung 1974) h. 97.
[6]. Ibd.
[7]. Nama lengkap dari Abu Sulaiman adalah Abdurahman bin Ahmad bin A'tiah al-Insyi. Memiliki murid yang diantaranya bernama Musa bin Isa al-Jashash dan Muhammad bin Abi Hawari, sedangkan Gurunya didak disebutkan dalam kitab at-Tarhibai'in, Ia dinilai tsiqah oleh Ibnu Hajar. Lihat;Tarajim al-Ruwah, Tarhiba'in http://www.shamela.ws
[8]. Hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang dinisbatkan kepada Rasul. Lihat misalnya; Fatchur Rahman Musthalah al-Hadits ( Al-Ma'arif Bandung 1974) h. 97. Dan diharamkan meriwayatkanya apa bila mengetahui kemaudhuanya. Lihat; Ibnu Syarif an-Nawawi Al-takrib wa al-Taistir li marifati sunan al-Basir al-Nadzir fi Ushuli Hadits http://www.alwarraq.com. Juz. 1 h. 6
[9]. Silsilatu as-Dhaifah jud. III. Hal 459. hadits ini dikeluarkan oleh at-Thabrani dalam al-Majmu al-Aushat (8472), Abu Naim dalam kitab Haliah (7/129), Hasan bin Ali al-Jauhari dalam Majlis min Amali (66/2), dan al-Qhatib dalam Tarih al-Bagdadi (2/110).
[10]. Hadits ini sama dengan hadits yang ditulis dalam kitab Hilatul al-Aulia jud. III hal. 210 diatas.
[11]. Dalam Irwa'ul Ghalil (2262), sebagai shahid dari hadits Umar, dinilai hadits marfu, dengan tambahan lafad;  انتعش رفعك الله، فهو في نفسه صغير، وفى أعين الناس عظيم. (hadits ini dikeluarkan oleh  Abu Na'im 7/129, dan al-Qhatib 2/110). Namun sebagai mana telah disinggun di atah hadits yang berseber dari as-Sauri dinilai Kadzab, sebagai mana perkataan Imam Ahmad dan lainya, hadits ini juga mempunyai shahid yang lain dari riwarat Daraz dengan hadits dhaif yaitu;
من تواضع لله درجة يرفعه الله درجة ، حتى يجعله في أعلى عليين ، و من تكبر على الله درجة يضعه الله درجة ، حتى يجعله في أسفل السافلين " . أخرجه ابن ماجة ( 2 / 544 ) و ابن حبان ( 1942 )
Lihat misalnya; Silsilatu as-Shahih 5/327
Untuk hadits yang bersumber dari Umar bin Khatab yang diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bajari dinilai rijalu shahih, sedangkan untuk sanad yang diriwayatkan oleh at-Thabrani, nenilai Said bin Salam al-A'thar adalah kadzib. Dan adapun hadits yang bersumber dari Ibnu Umar, at-Thabrani mengeluarkan hadits ini dalam kitabnya, dan ia menilai Husen bin al-Musna; lam araf (tidak diketahui) adapun sanad lainya; rijalu shahih (sanadnya shahih). Untuk hadits yang bersumber dari Ibnu Abas dinilai hasan, sedangkan untuk hadits yang bersumber dar Abu Hurairah dinilai dhaif oleh at-Thabrani. Lihat;  Mujam al-Jawaid wa Minhaj al-Fawaid  3/404.

0 Response to "KEUTAMAAN TAWADHU"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel