ULUL ALBA


 



 

Abstrak: Ulul Albab disebut  dalam Alquran sebayak 16 kali. Penyebutan ini sungguh beralasan, karena Ulul Albab merupakan kelompok orang yang derajatnya dimulnyakan oleh Allah. Para mufasir dalam menafsirkan Ulul Albab sangat beragam, hal ini bisa dimaklumi, karena metodologi dan corak tafsir yang beranekaragam. Sebagian mufasir memahami Ulul Albab ini sebagia sekelompok orang yang mempunya wawasan dan intelektual tinggi. Tidak hanya itu saja, selain mempunyai kecerdasan intelektual, mereka juga mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi dalam membuka penglihatan batinnya ketika  berpikir dan membuat pertimbangan, sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

 

A.   PENDAHULUAN

Peristiwa yang  terjadi saat ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Adaya ilmu pengetahuan yang serba maja dan canggih saat ini adalah jasa-jasa dari para ilmuwan terdahulu yang telah lebih dulu mengorbankan hidupnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh dunia seperti Enstein, Thomas Alva Edison, Michael Faraday, Immanuel Kant dan ilmuan Islam seperti al-Farabi, al-Batani, Ibnu Sina, Ibnu Batutah, Ibnu Rusyd, al-Khawarizmi adalah sebagian orang-orang  yang sagat berjasa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Sebagi umat Islam sudah sepantasnya bangga memiliki Alquran, disamping sebagi pedoman bagi umat muslim. Alquran juga didalamnya tidak haya berbicara tentang keimana, melainkan didalamnya terkandung berbagai jensis ilmu pengetahuan seperti kedokteran, astronomi, matematika, kimia, sosial, etika, akhlak, sejarah dsb.

Jika kita salah satu  insan yang selalu memperdalam isi kandungan Alquran, maka tidak heran jika menemukan beberapa kisah dan pelajaran di dalam Alquran. Salah satunya, Alquran sering menyebut-nyebut sekelompok orang-orang yang mempuyai pengetahuan tinggi selain para Nabi, kelompok ini  desebut sebagai Ulul Albab, yaitu kelompok yang tidak hanya cerdas dalam ilmu agama saja, tetapi mereka cerdas dalam memahami ilmu pengetahan.

Pada kesempatan ini penulis akan mencoba menjelaskan Ulul Albab yang didasarkan kepada pendapat ulama dari berbagai tafsir Alquran seperti Tafsir al-Alusi, Al-Bahr al-Madid, Al-Bahr al-Ulum,  Tafsir al-Naisâburi , Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li Ibni Jazî al-Kalbi, Tafsir Ibnu Katsir, Al-Tafsir al-Wasît dsb.

 

B. PENGERTIAN ULUL ALBAB

1.      Aîsir al-Tafâsîr

a.      Penafsiran

وَيَصِفُ اللهُ تَعَالَى أُوْلِي الأَلْبَابِ فَيَقُولُ عَنْهُمْ : إِنَّهُمُ الذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قَائِمِينَ وَقَاعِدِينَ وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَلاَ يَقْطَعُونَ ذِكْرَ اللهِ فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِمْ ، بِسَرَائِرِهِمْ ، وَأَلْسِنَتِهِمْ . . . وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لِيَفْهَمُوا مَا فِيهَا مِنْ أَسْرَارِ خَلِيقَتِهِ ، وَمِنْ حِكَمٍ وَعِبَرٍ وَعِظَاتٍ ، تَدُلُ عَلَى الخَالِقِ ، وَقُدْرَتِهِ ، وَحِكْمَتِهِ ، ثُمَّ يَرْجِعُونَ إلَى أَنْفُسِهِمْ وَيَقُولُونَ سُبْحَانَكَ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا الخَلْقَ عَبَثاً وَبَاطِلاً[1]

Allah menyebutkan sipat-sipat Ulul Albab, sebagai orang-orang yang senantiasa mengingat Allah baik dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, mereka berpikir tentang proses penciptaan langit dan bumi, dengan tujuan agar mereka dapat memahami rahasiah dibalik penciptaan-Nya. Diantaranya yaitu ketetapan (hukum) alamiyah Tuhan,  siksus alam, untuk mengambil pelajaran didalamnya, kemudian mengantarkan kepada bukti dari ke-Esaan Sang  Pencipta Yang Maha Bijaksana. Ketakjuban atas penciptaan Allah, mereka kembalikan kepada diri mereka sendiri, seraya mereka berkata:

سُبْحَانَكَ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا الخَلْقَ عَبَثاً وَبَاطِلاً

Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini main-main dan sia-sia………

b.      Penjelasan

Di dalam Aîsir al-Tafâsîr, Ulul Albab diterangkan sebagai kelompok orang-orang yang senantiasa ingat dan taat kepada Allah, mereka menggunakan pengetahuannya untuk memahami alam semesta dengan tujuan menganbil hikmah didalamnya.

 

2.      Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li Ibni Jazî

a.      Penafsiran

أُوْلُواْ الألباب : أي هذا الذكر لأولي العقول ، وهم أهل العلم رضي الله عنهم[2]

Ulul Albab yaitu orang yang berpengetahuan, berwawasan dari kalangan intelektual yang Allah ridhai.

b.      Penjelasan

Dalam Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li Ibni Jazî, Ulul Albab diterangkan sebagai sekelompok orang yang berpengetahuan, berwawasan tinggi dari kalangan intelektual yang Allah ridhai.

 

3.      Al-Tafsir al-Wasîth

Penafsiran

ولقد قال الزمخشرى فى صفة أولى الألباب : " هم الذين يفتحون بصائرهم للنظر والاستدلالوالاعتبار ، ولا ينظرون إليها نظر البهائم غافلين عما فيها من عجائب الفطرة . وفى الحكم : املأ عينيك من زينة هذه الكواكب ، وأجلهما فى جملة هذه العجائب متفكرا فى قدرة مقدرها ، متدبرا فى حكمة مدبرها قبل أن يسافر بك القدر ، ويحال بينك وبين النظر " .

وقوله { إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الألباب } مدح لأصحاب العقول السليمة ، الذين ذكروا بالحق فتذكروه ، وآمنوا به ، وتعليل لإِعراض الكافرين عنه ، ببيان أن سبب إعراضهم ، أنهم ليسوا أهلا للتذكر ، لأن التذكر إنما هو من شأن أولى الألباب .

والألباب : جمع لب وهو الخالص من كل شئ .

وخص - سبحانه - بالتذكر أولى الألباب ، لأنهم هم الذين ينتفعون بهداية القرآن الكريم ، أما غيرهم فهم كالأنعام بل هم أضل .

Imam al-Zamakhsyari, menyebutkan sipat-sipat Ulul Albab sebagai orang-orang yang membuka penglihatan batinnya untuk membiasakan berpikir, kemudian menjadikannya sebagai bahan pelajaran, merika tidak membiasakan berpikir memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Hal ini merupakan fitrah bagi manusia sebagai mahluk yang senantiasa berpikir. Dalam kitab Hikam dikatakan;

“ condongkanlah pandanganmu atas keindahan bintang-bintang ini, jadikanlah ketakjuban tersebut sebagai pemikiran atas keberadaan-Nya, berpikir atas sistem pengaturan-Nya sebelum engkau melihat kekuasaan-Nya, antara keadaanmu dan penglihatanmu"


Ulul Albab adalah orang-orang yang mempunyai pemikiran akal yang baik, selalu mengingat kepada Yang Hak (Allah,) beriman kepadaNya, menjelaskan kesesatan orang-orang kafir, dengan menjelaskan sebab-sebab kesesatanya, mereka yang tersesat bukan seorang ahli dzikir, karena seorang ahli dzikir adalah sifat dari Ulul Albâb.  Kata Albâb jama dari kata labbun menunjuan sesuatu yang khusus, mereka adalah orang-orang yang memanfaatkan petunjuk Allah dalam Alquran, adapun selain dari mereka yang tidak menjadikan Alquran sebagai hidayah, mereka seperti binatang ternak yang tersesat.

قال الإِمام الرازى : " هذه الآية دالة على أنه لا فضيلة للإِنسان ، ولا منقبة له ، إلا بسبب عقله ، لأنه - تعالى - بين أنه إنما أنزل هذه الكتب ، وإنما بعث الرسل ، لتذكير أولى الألباب . . " .

وفى ندائهم يوصف " أولى الألباب " إشعار بأن العقول الراجحة هى التى تدعو أصحابها إلى تقوى الله وطاعته.[3]

Imam al-Râzi berkata: tidak ada keutaman bagi manusia, dan tidak ada kebajikan baginya, kecuali disebabkan oleh akal dan pengetahuannya. Karena Allah SAW menurunkan kitab dan mengutus Rasul, bertujuan untuk mengingatkan orang-orang yang berpikir (Ulul Albab). Akal yang unggul selalu  mengajak penggunanya menuju ketaqwaan dan taat kepada Allah.

b.      Penjelasan

Dalam Al-Tafsir al-Wasîth, Muhammad Sayid Thanthâwî, menjelaskan Ulul Albab sebagai kalangan ahli dzikir  yang dapat membuka penglihatan batinnya untuk membiasakan berpikir, kemudian menjadikannya sebagai bahan pelajaran, merika tidak membiasakan berpikir memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat, hal ini adalah fitrah bagi manusia sebagai mahluk yang senantiasa berpikir.

 

4.      Ibu Katsir

Penafrisan

روي عن مجاهد، وسعيد بن جبير، وأبي مالك، والحسن، وقتادة، والربيع بن أنس، ومقاتل بن حيان، { يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ } يقول: يا أولي العقول والأفهام والنهى، لعلكم تنزجرون فتتركون محارم الله ومآثمه، والتقوى: اسم جامع لفعل الطاعات وترك المنكرات.

{ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ } أي: يا ذوي العقول الصحيحة المستقيمة، وتجنبوا الحرام ودعوه، واقنعوا بالحلال[4]

Diriwayatkan dari Mujâhid, Sa’id ibn Zabîr, Abi Malik, Qatâdah, al-Rabîi ibn Anas dan Muqâtil ibn Hayân :  mereka berkata; wahai yang berpengetahuan, berwawasan dan berakal, agar engkau senatiasa mencegah dan meninggalkan sesuatu yang Allah haramkan dan dosa.

b.      Penjelasan

            Dalam Ibn Katsir menjelaskan Ulul Albab sebagai orang yang berpengetahuan, berwawasan dan berakal yang senantiasa menjauhi dosa.

 

5.      Al-Alûsî

a.      Penafsiran

واتقون يأُوْلِي * أُوْلِى *الالباب } أي أخلصوا لي التقوى فإن مقتضى العقل الخالص عن الشوائب ذلك وليس فيه على هذا شائبة تكرار مع سابقه لأنه حث على الإخلاص بعد الحث على التقوى .

{ واتقون يأُوْلِي * أُوْلِى *الالباب } [ البقرة : 7 19 ] فإن قضية العقل الخالص عن شوب الوهم وقشر المادة اتقاء الله تعال

: { فاتقوا الله ياأولى الالباب } كأنه قيل : أعد الله تعالى لهم هذا العذاب فليكن لكم ذلك يا أولى الألباب داعياً لتقوى الله تعالى وحذر عقابه ،

وحديث الجارية من أقوى الأدلة لهم في هذا الباب وتأويله بما أول به الخلف خروج عن دائرة الإنصاف عند أولي الألباب وفي «فتح الباري» للحافظ ابن حجر أسند اللالكائي عن محمد بن الحسن الشيباني قال : اتفاق الفقهاء كلهم من المشرق إلى المغرب على الإيمان بالقرآن والأحاديث التي جاءت بها الثقات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم في صفة الرب من غير تشبيه ولا تفسير[5]

 

Ikhlaslah kepada Allah dalam bertaqwa adalah hasil dari pemikiran akal yang sehat dari sesuatu yang cacat (kotor) oleh sebab itu maka anjuran ikhlas didahulukan sebelum menganjurkan taqwa.

Hasil dari akal yang sehat dari keraguan (kesesatan dalam berpikir),  meninjau tentang sesuatu yang bersifat kebendaan adalah kehati-hatian dalam memahami esensi Allah SWT.  Ancaman Allah adalah siksaan kepada mereka yang salah menggunakan akalnya. Seruan Allah terhadap pengguna akal yang selamat (kaum intelektual)" adalah ajakan untuk bertaqwa, dan berhati-hati terhadap siksaan-Nya. Seluruh ulama telah sepakat bahwa didalam mengimanai Alquran dan Hadis yang tsiqah tidak ada penyerupaan dan penafsiran dalam memahami esensi dari sifat ketuhanan sebagai mana di jelaskan dalam fath al-Bâri.

b.      Penjelasan

Al-Alusi, menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai intelektual yang tinggi (Ulul Albab) selalu ikhlas dan bertaqwa kepada Allah. Berhati-hati dalam berpikir dan jauh dari sikap keragu-raguan.

 

6.      Al-Baghawi

a.      Penafsiran

{ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ } يا ذوي العقول[6].

Yang berpengetahuan, berwawasan

b.      Penjelasan

Al-Baghawi berpendapat bahwa yang dimaksud Ulul Albab adalah orang yang berpengetahuan atau berwawasan tinggi.

 

7.      Al-Tsa’labi

           Penafsiran

قال { ياأولي الألباب } ياذوي العقول

{ إِلاَّ أُوْلُواْ الألباب } ذوي العقول ، واللب من العقل ما صفا من دواعي الهوى[7]

 

Yang berpengetahuan, berwawasan, al-labu (isi kepala) bagian dari akal yang bersih dari pengaruh atau ajakan  hawa nafsu.

Penjelasan

Al-Tsa’labi, berpendapat bahwa yang dimaksud Ulul Albab adalah orang yang berpengetahuan, berwawasan, al-labu (isi kepala) bagian dari akal yang bersih dari pengaruh atau ajakan hawa nafsu.

 

8.      Tafsir al-Sya’râwi

a.       Penafsiran

{ واتقون ياأولي الألباب } أي يا أصحاب العقول ، ولا ينبه الله الناس إلى ما فيهم من عقل إلا وهو يريد منهم أن يُحَكِّمُوا عقولهم في القضية ، لأنه جل شأنه يريد منك أن تُحَكِّمَ عقلك ، فإن حَكَّمْتَ عقلك في القضية فسيكون حُكْمُ العقل في صف أمر الله . { أُوْلُواْ الألباب } أي أصحاب العقول المحفوظة من الهوى .ويقول الحق سبحانه : { . . . إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الألباب }  أي : أصحاب العقول القادرة على التدبُّر والتفكُّر والتمييز . [8]

 

Ditujukan kepada yang berpengetahuan, berwawasan, Allah tidak memulyakan akal manusia kecuali mereka yang menggunakan akalnya dengan bijaksana dalam  menghukuminya. Karena Allah Yang  Agung menghendakimu membuat keputusan dengan akalmu secara bijaksana, diharapkan putusan akalnya berada dalam jalur yang diperintahkan (diridhai) oleh Allah. Ulul Albab adalah orang yang berwawasan yang terjaga dari sifat berandai-andai, yang berwawasan, mampu membuat pertimbangan, berpikir dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

b.      Penjelasan

Al-Sya’râwi, menjelaskan bahwa Ulul Albab adalah orang yang berwawasan yang terjaga dari sifat berandai-andai, yang berwawasan, mampu membuat pertimbangan, berpikir dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

 

9.      Al-Qusyairi

a.      Penafsiran

قوله تعالى : { لأُوْلِى الأَلْبَابِ } : أولو الألباب هم الذين صَحَتْ عقولُهم من سِكْر الغفلة . وأمارة مَنْ كان كذلك أن يكون نظرُه بالحق؛ فإذا نظر من الحقِّ إلى الحقِّ استقام نظره ، وإذا نظر من الخَلْق إلى الحق انتكست نعمته ، وانقلبت أفكاره مُورِّثَةً للشبهة [9].

Mereka adalah orang-orang yang sehat akalnya dari pikiran yang lalai, ditandai dengan pemikirannya yang benar, apabila ia berpikir terhadap Yang Maha Benar (haq, Allah SWT) sampailah kepada hakikat Yang Paling Benar (Allah) maka bertambah yakinlah logika pengetahuannya, apabila ia berpikir terhadap mahluk Allah kepada Yang Haq (Allah) maka disitulah kenikmatan berpikirnya. Revolusi perubahan cara berpikir adalah warisan dari pengetahuan yang asalnya samar menjadi yakin.

b.      Penjelasan

Al-Qusyairi, menjelaskan Ulul Albab sebagi orang-orang yang sehat akalnya dalam berpikir baik dalam memikirkan ke Esaan Allah atau berpikir tentang mahluk-Nya. Revolusi perubahan cara berpikir adalah warisan dari pengetahuan yang asalnya samar menjadi yakin.

 

10.  Ibnu Abas

a.              Penafsiran

{ ياأولي الألباب } ذوي العقول من الناس [10]

 

Yang berpengetahuan, berwawasa

Penjelasan

Ibnu Abas, memahami Ulul Albab sebagai orang yang berpengetahuan, berwawas.

 

11.  Al-Bahr al-Madîd

a.      Penafsiran

 

يقول الحقّ جلّ جلاله : في وصف أولي الألباب : هم {الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم} ، أي : يذكرونه على الدوام ، قائمين وقاعدين ومضطجعين ، وعنه - صلى الله عليه وسلم - : " منْ أرادَ أن يَرْتَع في رِيَاضِ الجَنة فليُكثْر ذِكرَ الله " وقيل : يُصلّون على الهيئات الثلاث ، حسب الطاعة لقوله عليه الصلاة والسلام لعمران بن حصين ، وكان مريضاً : " صَلِّ قائِماً ، فإِنْ لَمْ تَسْتَطْع فقاعِداً ، فإنْ لَمْ تَسْتَطعْ فقاعِداً ، فإنْ لَمْ تَستطِعْ فعلى جَنْبِكَ وتُومئ إيماء ". {ويتفكرون في خلق السماوات والأرض} استدلالاً واعتباراً ، وهو أفضل العبادات قال صلى الله عليه وسلم : " لا عبادة كالتفكر " ؛ لأن المخصوص بالقلب

فأهل الصفا قليل في كل زمان ، ولذلك خاطبهم بقوله : {فاتقوا الله يا أولي الألباب} أي : القلوب الصافية في تجنب الخبيث وإن كثر ، وأخذ الطيب وإن قلّ ، {لعلكم تُفلحون} بصلاح الدارين.

تخصيص التذكير بأولي الألباب ، إيذاناً بأن أُولي الألباب هم أهل التقوى ، وفي إضافتهم إلى ضميرالجلالة بقوله : {يا عبادي} تشريف لهم ، ومزيد اعتناء بشأن المأمور به ، وهو التقوى. .[11]

Senantiasa mengingat Allah baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring, sebagaimana Hadis Nabi:

منْ أرادَ أن يَرْتَع في رِيَاضِ الجَنة فليُكثْر ذِكرَ الله "

Barang siapa yang menginginkan kesenangan dalam  taman-taman surga, maka perbanyaklah berdzikir kepada Allah. Sebagian ulama mengatakan; mereka selalu melaksanakan shalat dalam kondisi apalun meskipun dalam keadaan sakit, sebagai mana perintah Rasulullah kepada Imran ibn Hushainni. Mereka selalu berpikir atas penciptaan alam semesta dengan tujuan  mengambil dali-dali ketuhanan  dan pelajaran, karena hal ini merupakan sebagaian dari ibadah yang diunggulkan, sebagai perkataan Rasulullah:

لا عبادة كالتفكر

Tidak ada ibadah sebaik berpikir

Karena berpikir tidak hanya menggunakan akal saja, melainkan juga harus menggunakan kepekaan hati. Mereka adalah orang-orang yang senan tiasa mensucikan hatinya dengan menjauhi sipat tercela dan mengobati hatinya, ia adalah golongan orang-orang yang bertaqwa.

b.      Penjelasan

Ulul Alban adalah sekelompok orang yang mempuyai kecerdasan berpikir dan kepekaan hati, selalu beribadah dan mensucikan diri.

 

12.  Al-Bahr al-Ulûm

 Penafsiran

وهذا معنى قوله " ولكم في القصاص حياة " " يا أولي الألباب " يعني يا ذوي العقول " لعلكم تتقون " أي القتل مخافة القصاصسورة البقرة الآيات[12]

Yang berpengetahuan, berwawasan, agar menuju kepada ketaqwaan

b.      Penjelasan

Ulul Alban adalah sekelompok orang yang berpengetahuan, berwawasan, selalu berusaha untuk menuju kepada ketaqwaan.

 

13.  Tafsir Abi Su’ûd

    Penafsiran

واتقون يا أولي الألباب فإن قضية اللب استشعار خشية الله عز و جل وتقواه حثهم على التقوى ثم أمرهم بأن يكون المقصود بذلك هو الله تعالى فيتبرءوا من كل شئ سواه وهو مقتضى العقل المعرى عن شوائب الهوى فلذلك خص بهذا الخطاب أولوا الألب[13]

Premiss kata labbun digunakan untuk orang yang takut kepada Allah dan orang yang bertaqwa, kemudian Allah SWT memerintahkan mereka supaya menggunakan akalnya untuk melepaskan sesuatu apapun itu yang tidak ada hubunganya dengan ketaqwaan kepada Allah. Ini merupakan sifat dari pada akal yang terbuka (bersih) yang jauh dari kecacatan waha nafsu. Untuk itu maka digunakanlah kalimat takhsis sebagai khithab (petunjuk) bagi Ulul Alba

  Pembahasan

Ulul Albab adalah orang yang takut kepada Allah yang menggunakan akalnya untuk melepaskan sesuatu apapun itu yang tidak ada hubunganya dengan ketaqwaan kepada Allah.

 

14.  Tafsir al-Wâhidi

a.      Penafsiran

{ يا أولي الألباب } يا ذوي العقول

{ أولو الألباب } يعني : المهاجرين والأنصار[14]

{ أولو الألباب } أهل اللب والعقل والبصائر

Yang berpengetahuan, berwawasan, kaum Muhajirin dan Anshar, pandai bergaul, berwawasan dan berpengetahuan.

 

b.      Penjelasan

 

Ulul Albab adalah sekelompok orang yang  berpengetahuan, berwawasan, dan pandai bergaul. Dikatakan juga Ulul Albab itu adalah kaum Muhajirin dan Anshar.

 

15.  Al-Naisaburi

a.      Penafsiran

{ يا أولي الألباب } يا ذوي العقول وأولو جمع لا واحد له من لفظه ، وواحده ذو بمعنى صاحب . وأولات للإناث واحدتها ذات بمعنى صاحبة قال تعالى { وأولات الأحمال } [ الطلاق : 4 ] وإعراب أولو كإعراب جمع المذكر السالم . وزادوا في « أولي » واواً فرقاً بينها وبين « إلى » وأجرى « أولو » عليه . واللب العقل ، ولب النخلة قلبها ، وخالص كل شيء لبه . خاطب العقلاء الذين يتفكرون في العواقب ويعرفون جهات الخوف فلا يرضون بإتلاف أنفسهم لإتلاف غيرهم إلا في سبيل الله[15]

 

Yang berpengetahuan, berwawasan ûlûl  menujukan kepada jama (komonitas) tidak menunjukan kepada satu golongan tertentu, dzu mempunyai mana shâhib; pemilik (yang mempunyai) ûlûl irabnya sama dengan jama mudzakar salim. Al-labbu adalah kemampuan akal, tabiat, ketika bertindak, tabiat atau watak asli sipengguna. Orang-orang yang berakal selalu menggunakan pemikiranya dalam setiap peristiwa, mereka mengetahui watak dari pengetahuan yang tidak menyukai kerusakan didalam diri mereka, seperti peperangan kecuali  dijalan yang diridhai Allah.

b.      Penjelasan

Ulul Albab adalah sekelompok orang  yang selalu menggunakan pemikiranya dalam setiap peristiwa, mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tidak menyukai kerusakan dimuka bumi.

 

C.    TABEL

No

Kitab Tafsir

Ulul Albab

1

Aîsir al-Tafâsîr

Orang-orang yang dapat mengambil pelajaran ayat-ayat Allah.

2

Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li ibu Jazî

Yang berpengetahuan, berwawasan dari kalangan intelektual.

 

3

Al-Tafsir al-Wasîth

Orang-orang yang memanfaatkan petunjuk Allah dalam Alquran, orang-orang yang mempunyai pemikiran akal yang baik, orang-orang yang membuka penglihatan batinnya untuk membiasakan berpikir.

4

Ibu Katsir

Berpengetahuan, berwawasan dan berakal

5

Al-Alûsi

Ikhlas, bertaqwa dan berpengetahuan

6

Al-Baghawi

 

Yang berpengetahuan, berwawasan

 

7

Al-Tsa’labi

 

Yang berpengetahuan, berwawasan

8

Al-Sya’râwi

 

Ulul Albab adalah orang yang berwawasan yang terjaga dari sifat bimbang, mampu untuk membuat pertimbangan, berpikir tepat dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

 

 

9

Al-Qusyairi

Orang-orang yang sehat akalnya dari pikiran yang lalai

10

Ibnu Abas

Yang berpengetahuan, berwawasan

 

11

Al-Bahr al-Madîd

Orang yang senantiasa mengingat Allah baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka adalah orang-orang yang senan tiasa mensucikan hatinya dengan menjauhi sipat tercela dan mengobati hatinya, ia adalah golongan orang-orang yang bertaqwa.

 

12

Al-Bahr al-Ulûm

Yang berpengetahuan, berwawasan, bertaqwa

 

13

Tafsir Abi Su’ûd

 

Orang yang takut kepada Allah dan orang yang bertaqwa.

14

Tafsir al-Wâhidi

 

Yang berpengetahuan, berwawasan, kaum Muhajirin dan Anshar, pandai bergaul, berwawasan dan berpengetahuan.

 

15

Al-Naisaburi

Berkemampuan mengendaliakan akal, watak, tabiat, ketika bertindak.

 

D.    KESIMPULAN

Dari 15 kitab tafsir, hampir seluruh tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ulu Albab adalah sekelompok orang yang mempunya wawasan dan intelektual tinggi. Namun tidak hanya itu saja, selain mempunyai kecerdasan intelektual, ia juga mempunyai kecerdasan spritual dalam membuka penglihatan batinnya untuk membiasakan berpikir. Mereka selalu bertaqwa dan mensucikan diri kepada Allah, memanfaatkan petunjuk dalam Alquran, mampu membuat pertimbangan, berpikir tepat dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mereka juga pandai bergaul.

 

 

E.     DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Alûsî, Tafsir al-Alusi, CD Maktabah Samilah V.2.11

Ahmad bin Muhammad bin Mahdi al-Idrisi as-Syadzili, Al-Bahr al-Madid, CD Maktabah Samilah V.2.11

Abu al-Laits as-Samarqandi, Al-Bahr al-Ulum,  CD Maktabah Samilah V.2.11

Abu Muhammad ibn Husen ibn Masud Al-Baghawi, Muâlamu al-Tanzîl, CD Maktabah Samilah V.2.11

Ali ibn Ahmad al-Wahidi, Tafsir al-Wâjîz al-Wâhidi, CD Maktabah Samilah V.2.11

Al-Naisaburi, Tafsir al-Naisâburi, CD Maktabah Samilah V.2.11

As’ad Humed, Aîsir al-Tafâsîr , CD Maktabah Samilah V.2.11

Al-Tsa’labi, Tafsir Al-Tsa’labi, CD Maktabah Samilah V.2.11

Al-Qusyairi, Tafsir al-Qusyairi, CD Maktabah Samilah V.2.11

Ibu Jazî, Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li Ibni Jazî, CD Maktabah Samilah V.2.11

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, CD Maktabah Samilah V.2.11

Muhammad Sayid Thanthâwî,  Al-Tafsir al-Wasît,  CD Maktabah Samilah V.2.11

Muhammad bin Muhammad al-Amâdi Abu Su’ûd, Tafsir Abi Su’ûd, CD Maktabah Samilah V.2.11

Ibnui Abas, Tanwîru al-Miqbâs min Tafsîri Ibni Abâs, CD Maktabah Samilah V.2.11

Al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’râwi, CD Maktabah Samilah V.2.11

 



[1]As’ad Humed,  Aîsir al-Tafâsîr, 1/484.

[2] Ibu Jazî, Al-Tashîl li Ulûmi al-Tanzîl li ibu Jazî al-Kalbi, 1/797.

[3]Muhammad Sayid Thanthâwî,  Al-Tafsir al-Wasît, 1/825, 1/2375.

[4]Ibnu Katsir, 2/184.

[5]Al-Alûsî, 21/138.

[6]Abu Muhammad ibn Husen ibn Masud Al-Baghawi, Muâlamu al-Tanzîl, 1/228.

[7] Al-Tsa’labi, 1/1451, 1/1936.

[8]Tafsir al-Sya’râwi 1/4567.

[9]Al-Qusyairi, Tafsir al-Qusyairi, 1/436.

[10]Tanwîru al-Miqbâs min tafsîri ibn Abâs 1/177.

[11]Al-Bahr al-Madid, 1/350, 2/375.

[12]Al-Bahr al-Ulum, 1/145.

[13]Muhammad bin Muhammad al-Amâdi Abu Su’ûd, Tafsir Abi Su’ûd 1/196.

[14]Ali ibn Ahmad al-Wahidi, Tafsir al-wâjîz al-Wâhidi, 1/570, 1/587.

[15]Al-Naisaburi, Tafsir al-Naisâburi, 7/177.

 

0 Response to "ULUL ALBA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel